Berbicara tentang Pornografi, tentulah bukan hal yang asing di telinga kita. Mengingat di era digital globalisasi seperti sekarang, penyebaran pornografi merupakan hal yang sangat sulit untuk dibendung, namun sangat mudah untuk diakses. Hal ini merupakan masalah yang sangat pelik di masyarakat, dan perlu adanya penanganan yang serius.
Dan tahukah anda? Bahwa ternyata, pornografi memiliki dampak yang sangat buruk baik secara psikologis maupun kesehatan, terutama pada kalangan anak – anak dan remaja. Selain itu, efek candu yang disebabkan oleh pornografi memiliki bahaya yang sama dengan efek candu yang disebabkan oleh narkoba dan alkohol. Bahkan cenderung lebih sulit untuk disembuhkan. Seperti yang dikemukakan oleh salah seorang psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati Jakarta, Ibu Elly Risman, Psi.
Beliau mengatakan, bahwa kerusakan otak akibat pengaruh pornografi yang tergambar di mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI), hasilnya sama dengan kerusakan pada mobil saat tabrakan keras.
Menurutnya, bagian Pree Frontal Cortex (PFC) dalam otak akan rusak ketika anak melihat pornografi. Padahal PFC adalah pusat nilai, moral, tempat di mana merencanakan masa depan, tempat mengatur manajemen diri. Bagian otak alis kanan atas inilah yang menentukan jadi apa seorang anak nantinya. Karena itulah PFC juga disebut direktur yang mengarahkan kita.
“Setelah melihat pornografi, maka gambar visual pornografi itu akan dikirim ke otak bagian belakang, disebut juga respondent. Karena respondent ini belum berfungsi maka anak akan kaget,” ujar Elly.
Jika respondent tersenggol maka dia akan mengeluarkan hormon yang namanya dopamin. Dopamin itu akan mengeluarkan zat yang akan membuat anak merasa senang, nikmat,bahagia, dan membuat anak kecanduan, ungkapkanya.
Karena itu, menurutnya candu pornografi itu membuat orang menjadi dissensitifisasi. Gambar porno yang sudah dilihat tidak akan dilihat ulang karena sudah tidak berpengaruh lagi, yang ingin dilihat lagi adalah gambar porno yang lebih dari gambar sebelumnya, karena rasa senstifnya hilang.
Oleh karena itu para pencandu pornografi akan selalu meningkat candunya seperti menaiki tangga, ia ingin lebih, lebih dan lebih lagi.
“Ketika anak melihat satu kali pornografi maka dia ingin dua, tiga, empat kali lagi,” ujar Elly Risman. Ketika gambar pornografi sering melewati PFC, maka bagian yang menyimpan moral dan nilai, membuat perencanaan hidup ini, akan menciut, mengecil dan akibatnya dorongan seks akan tidak terkendali , karena mata tidak bisa ditahan, otak menjadi rusak dan ketagihan seks.
“Proses melihat pornografi dengan bersetubuh sama, jadi anak yang melihat pornografi mereka bersetubuh dengan gambar –gambar,” ujar Ibu yang pernah mengikuti pelatihan parenting di USA ini.
Menurutnya selain Hormon Dopamin yang berproduksi Hormon Norepinephrine juga akan keluar. Hormon Norepinephrine berfungsi sebagai pembeku memori kenangan yang detail.
Seperti seorang istri dengan bagian-bagian-bagian tertentu suaminya, begitu pun sebaliknya. Hormon Norepinephrine biasanya keluar setelah bersetubuh. Selain Norepinephrine, otak juga akan mengeluarkan Hormon Oksitoksin. Ini adalah hormon yang mengikat antara suami dan istri.
Tapi jika anak yang bersetubuh dengan gambar maka hormon ini akan mengikat anak tersebut dengan gambar porno yang telah dilihatnya. Maka anak dan orang dewasa yang sudah candu pornografi akan susah untuk menyapihnya.
”Nah setelah mencapai klimaks, maka akan keluar Hormon Serotonin, hormon ini yang membuat relax dari ujung rambut sampai ujung kaki,” ujarnya.
Karena itu, ia berharap pada orangtua menjaga anak-anak agar otak mereka tidak rusak sebelum kesiapan peran seksual yang telah diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala untuk mereka telah siap dan halal.
Menurutnya, begitulah jahatnya bisnis pornografi menjadikan anak sebagai sasaran tembak empuk, karena mereka ingin anak itu rusak dan menjadi pelanggan pornografi seumur hidup.
Selain pornografi yang mengaktifkan hormon seksual, termasuk di dalamnya adalah aktivitas pacaran. Karena itu, ia sangat menyayangkan film-film remaja saat ini begitu vulgar mengajak anak untuk berpacaran dan bukan tidak mungkin bisa mengarah kepada berhubungan seks secara bebas. Karena itu, kewaspadaan orangtua terhadap serangan pornografi pada anak sangatlah di harapkan.
Jadilah orangtua yang cerdas dalam membimbing anak agar tidak jatuh ke dalam jerat Pornografi di era digital globalisasi seperti sekarang.
Kembalikan peran Ibu dan Ayah pada tempatnya. Dan para orangtua harus lebih dulu hadir dalam kehidupan anaknya, bukan mereka yang punya kepentingan bisnis pornografi yang hadir dalam kehidupan anak-anaknya. Sebab anak-anak yang jiwanya selalu merasa sendiri, booring, stress, dan lelah akan sangat gampang dimasuki oleh industri pornografi.
Mari kita wujudkan bersama, untuk generasi masa depan Indonesia yang bebas dari pornografi.