Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berupaya dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Salah satunya dengan membuka pasar untuk memudahkan petani lokal dalam menyalurkan hasil pertaniannya.
Kepala Biro Perekonomian Provinsi Jawa Barat Benny Bachtiar mengakui, tahun depan daerahnya berpotensi krisis pangan khususnya beras. Hal ini dikarenakan masih bergantungnya pemenuhan kebutuhan beras dari negara lain seperti Vietnam.
Pada sisi lain, menurutnya negara tersebut akan mengurangi jumlah ekspor beras termasuk ke Indonesia. Oleh karena itu, Benny memastikan pihaknya menerapkan berbagai kebijakan agar produktivitas pertanian lokal bisa meningkat.
Salah satunya dengan membuka pasar luar negeri untuk menyalurkan hasil pertanian Jawa Barat. Selama ini, dia tidak memungkiri banyaknya petani lokal yang kebingungan dalam menyalurkan hasil usahanya tersebut.
Oleh karena itu, Benny menyebut di pengujung tahun ini pihaknya bekerjasama dengan Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat menggelar West Java Food & Agriculture Summit (WJFAS) 2020 yang bertujuan mempertemukan pasar dengan petani Jawa Barat. Acara yang digelar di Bandung pada 10 Desember mendatang ini akan mengundang sedikitnya 84 pihak terkait yang akan menyerap hasil pertanian Jawa Barat.
Sebagai contoh, Benny menyebut kelapa hasil petani Jawa Barat akan diekspor ke Jepang dan Korea yang nota kesepahamannya akan ditandatangani dalam WJFAS 2020. “Ada juga ekspor kopi dan ubi, yang sign-nya juga di WJFAS nanti,” katanya.
Tak hanya itu, Benny menyebut pihaknya pun akan berupaya dalam menambah jumlah petani. Saat ini, minat masyarakat Jawa Barat untuk bertani terus menurun.
Oleh karena itu, pihaknya merekrut petani milenial yang diharapkan bisa menarik minat bertani di kalangan penduduk muda tersebut. “Saat ini ada 1.000 petani milenial yang dibina dinas peternakan dan dinas perkebunan,” katanya.
Selain itu, menurutnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun menjalin kerjasama dengan peneliti bidang pertanian. Cara ini dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian, seperti yang terjadi di Cipageran, Kota Cimahi.
“Di Cipageran yang asalnya menghasilkan 5,8 ton, sekarang jadi 10-11 ton,” katanya. Sementara itu, perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Taufik Shaleh, mengatakan, pertanian merupakan sektor usaha yang berpotensi menyumbang pendapatan asli daerah seperti bagi Jawa Barat.
Hal inipun terbukti pada saat pandemi virus corona ini mengingat usaha dari sektor tersebut mampu bertahan bahkan terus berkembang. “Usaha dari sektor pertanian ini berkontribusi 13 persen. Dengan WJFAS ini diharapkan bisa mengangkat sektor pertanian,” katanya
DPRD JABAR : WJFAS Sebagai Langkah Pemenuhan Ketahanan Pangan Di Jabar
Ketua Komisi III DPRD Provinsi Jawa Barat Cucu Sugyati menyatakan, upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Bank Indonesia Provinsi Jabar melalui penghargaan terhadap penggerak ketahanan pangan, dapat memotivasi para pengusaha untuk lebih maju, sukses dan memperluas usahanya.
“Seperti tadi yang disampaikan pak Gubernur, bahwa bagaimana ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat ini bisa terus di kembangkan melalui potensi luas wilayah pertanian, tentunya ini harus di support oleh semua pihak,” tegas Cucu seusai acara West Java Food & Agriculture Summit (WJFAS) 2020, di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung. Kamis, (10/12/2020).
Lebih lanjut, Cucu berharap, lewat kontribusi Perbankan yang ada di Jawa Barat menjadi tonggak semangat ketahanan pangan dan menjadikan energi baru untuk pemulihan ekonomi di tahun 2021.
“Kita bersama – sama mewujudkan ketahanan pangan sehingga pemenuhan pangan di Provinsi Jawa Barat ini bisa lebih mandiri, tidak perlu lagi import dan lain sebagainya, ini satu hal yang sangat baik. Kita juga berupaya mengoptimalkan dan memaksimalkan potensi-potensi para petani kita yang ada di Jawa Barat,”. Pungkasnya.