Selama pandemi COVID-19, angka pengangguran di Indonesia mengalami peningkatan, khususnya di Jawa Barat. Seperti diketahui, Jawa Barat sendiri menjadi penopang ekonomi utama nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 November 2021 jumlah angkatan kerja di Jawa Barat tahun 2021 mencapai 24,74 juta orang, terdiri 22,31 juta orang bekerja (90,18 persen) dan 2,43 juta orang menganggur (9,82 persen) dengan pengangguran paling banyak diproduksi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat H. Supono dengan tegas meminta agar Pemprov menciptakan sebuah link and match bagi program pendidikan vokasi.
“Persoalannya adalah agar pendidikan vokasi bisa tepat guna, tepat sasaran, serta memberikan skill yang memadai bagi para peserta didik program vokasi maka dari kesemua itu harus ada link and match dengan dunia industri,” kata Supono, (06/12/2021).
Menurutnya, bagaimana bisa skill para peserta didik vokasi bisa menjadi handal sedangkan link and match dengan dunia industri belum ada.
“Jadi link and match disini berarti ada jaringan hubungan yang tepat dengan dunia industri khususnya yang berkembang. Jadi dalam program ini bukan hanya tugas Dinas Pendidikan saja tetapi juga harus terkoneksi dengan dunia usaha, bisa melalui Apindo, Kadin, itu harus duduk bersama,” jelas Supono.
ia pun sedikit memaparkan pengalamannya dengan salah satu siswa SMK jurusan otomotif dimana ketika sepeda motor siswa SMK tersebut mogok namun siswa tersebut bingung dan tidak mampu memperbaiki sepeda motornya, hal ini dianggap oleh Supono sebagai suatu paradoks.
“Kemudian hal kedua yang harus dilakukan oleh Pemprov Jabar adalah bersinergi dengan para stakeholder industri yang nantinya akan menghasilkan sertifikasi yang didapat peserta didik vokasi sebagai jawaban atas kebutuhan mereka,” tandas H. Supono.